Ras dan Budaya Indonesia: Memahami Kekhasan dan Sejarah Bangsa Nusantara

Cikal bakal nenek moyang bangsa Indonesia diduga sebagai hasil percampuran ras Mongolia, Kaukasoid, dan Negrito. Mereka merupakan manusia bertradisi benua yang kemudian berubah menjadi tradisi kepulauan setelah zaman es, jauh sebelum masehi, pada masa prasejarah.

Studi yang dilakukan oleh Universitas Leeds dan diterbitkan pada bulan Mei 2008 dalam Molecular Biology and Evolution, menunjukkan bahwa sebagian besar garis DNA mitokondria (yang diwarisi oleh keturunan perempuan) berkembang di wilayah Asia Tenggara selama waktu yang lebih lama, yaitu sejak manusia modern tiba sekitar 50.000 tahun yang lalu. Temuan ini menarik kesimpulan baru yang menentang teori sebelumnya yang menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Asia bermigrasi melalui jalur utara dan jalur selatan, serta membantah bahwa bangsa Asia Tenggara (yang berbahasa Austronesia) berasal dari Taiwan.

Bukti-bukti tersebut juga menunjukkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia memiliki teknologi maritim yang lebih maju daripada Eropa pada masa yang sama. Budaya penduduk Nusantara menyebar ke seluruh wilayah Hindia Belanda dan Pasifik, mulai dari Madagaskar di barat, kepulauan Paskah di timur, Hawaii di utara, hingga Selandia Baru di selatan. Perahu-perahu kecil yang khas di Nusantara ditemukan tersebar di seluruh wilayah Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.

Dengan demikian, para cendekiawan Indonesia perlu mendalami lebih lanjut keunikan sejarah dan lingkungan Nusantara yang memiliki semangat bahari dan agraris, dengan prinsip dwitunggal dan bhineka tunggal ikanya. Hal ini akan membantu dalam memperoleh pemahaman yang lebih akurat tentang "citra" sebenarnya dari manusia Indonesia, sehingga dapat mengoreksi citra manusia Indonesia yang sebelumnya direkayasa oleh ilmuwan Barat (dari benua) yang ternyata kurang benar atau bahkan salah, dan selalu merendahkan bangsa Indonesia.

Penting untuk meneliti dan menggali lebih dalam tentang sejarah dan kekhasan budaya Nusantara.