Tragedi dan Transformasi: Perjalanan Manusia dan Kekayaan Kebudayaan Nusantara

Sepanjang perjalanan sejarah perkembangan kebudayaan manusia sejak zaman prasejarah, selalu diwarnai oleh tragedi "hilangnya" suku bangsa. Mereka entah diusir dari tanah kelahirannya atau ditebas dari peradabannya di berbagai belahan dunia, mulai dari Afrika, Eropa, Amerika, Timur Tengah, hingga Asia. Salah satu momen paling kelam adalah pembantaian Yahudi oleh Nazi Jerman. Dan kisah-kisah serupa terus berlanjut, misalnya ketika manusia Eropa menemukan benua baru Amerika dan Australia pada abad ke-15. Suku bangsa Astec dan Maya dihancurkan, suku Indian di Amerika, suku Aborigin dan Tasmania di Australia, dan bahkan hingga abad ini, tragedi serupa masih terjadi di Kamboja.

Cikal bakal nenek moyang bangsa Indonesia diyakini berasal dari percampuran ras Mongolia, Kaukasoid, dan Negrito. Mereka adalah manusia bertradisi benua yang kemudian mengalami perubahan menjadi manusia bertradisi kepulauan setelah era zaman es, jauh sebelum masehi, pada masa prasejarah. Melalui perjalanan yang berlangsung ratusan ribu tahun, manusia benua ini berpindah ke wilayah yang kini dikenal sebagai Sumatra hingga Papua, dan bertransformasi menjadi manusia kepulauan. Mereka membentuk karakter dan tradisi maritim yang kuat dengan semangat bahari, serta mengembangkan teknologi maritim yang terus maju.

Dalam sejarah, kita banyak menemui tragedi dan perubahan yang mempengaruhi peradaban manusia. Namun, penting bagi kita untuk menggali kembali cerita-cerita ini  dengan lebih baik dan bisa mengambil hikmah atau pelajaran dari masa lalu.